Senin, 15 Februari 2016

Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget (Cognitive Development Theory)

Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata—skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya— dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental.
Menurut Piaget pengetahuan (knowledge) adalah interksi yang terus menerus antara individu dengan lingkungan. Fokus perkembangan kognitif Piaget adalah perkembangan secara alami fikiran pembelajar mulai anak-anak sampai dewasa. Konsepsi perkembangan kognitif Piaget, duturunkan dari analisa perkembangan biologi organisme tertentu. Menurut Piaget, intelegen (IQ=kecerdasan) adalah seperti system kehidupan lainnya, yaitu proses adaptasi. Menurut Piaget ada tiga perbedaan cara berfikir yang merupakan prasyarat perkekmbangan operasi formal, yaitu; gerakan bayi, semilogika, praoprasional pikiran anak-anak, dan operasi nyata anak-anak dewas.
Ada empat faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif, yaitu :
1)      lingkungan fisik
2)      kematangan
3)      pengaruh sosial
4)      proses pengendalian diri (equilibration)
Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan. Untuk pengembangan teori ini, Piaget memperoleh Erasmus Prize.
Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia:

*     Periode sensorimotor
Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah periode pertama dari empat periode. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam enam sub-tahapan:
1.       Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan terutama dengan refleks.
à Dalam tahap ini bayi hanya mampu melakukan gerakan pantulan. Gerakan pantulan yang diwujudkan lahir melalui tingkah laku pendengaran, penyusunan, gerakan tangan (genggaman dan sebagainya), penyesuaian, pandangan, pergerakan mata dan sebagainya. Gerakan ini belum dapat ditentukan perbezaannya. Sebahagian besar daripada gerakan ini dilakukan ialah untuk keperluan tertentu atau hanya sebagai gerakan pantulan saja.
2.       Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
à Peringkat pertama pencapaian untuk penyesuaian dan berlakunya reaksi sekular. bayi mula mempunyai pengertian tentang bahagian badannya yang tertentu. Di tahap ini pengalaman memainkan peranan yang penting untuk pembentukan tingkah laku kanak-kanak. Pengalaman boleh didapati daripada perkembangan di tahap pertama. dengan itu tingkah laku kanak-kanak pada tahap kedua ini sudah bergantung kepada andaian sebab musabab yang tertentu untuk mewujudkan sesuatu situasi baru. Pergerakan sistem sensori mula diselaraskan dengan sistem pandangan dan gerakan tangan. bila mendengar sesuatu bunyi, bayi akan menggerakkan kepala dan matanya ke arah punca sumber bunyi. Contohnya, sekiranya bayi tersebut melakukan sesuatu tingkah laku yang ganjarannya akan mendapat menyeronokkan atau menyenangkan, dia akan mengulangi tingkah laku itu lagi.
3.       Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.
à Di tahap ini bayi mempunyai persediaan untuk membuat pandangan da n pemerhatian yang lebih. Kebanyakan tingkahlaku bayi dihasilkan daripada sesuatu proses pem belajaran. Bayi telah dapat melakukan tingkah laku baru seperti mengambil sesuat u barang lalu menggerakkannya. Di waktu ini, bayi boleh membuat tanggapan ten tang objek dalam tangannya. Contohnya, bayi itu sengaja memasukkan barang mainan ke dalam mulut dengan tujuan untuk mengeta hui atau mengenali barang tersebut.
4.       Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).
à Ini dikatakan sebagai masa pengukuhan di mana keadaan yang wujud sebelumnya disesuaikan di antara satu sama lain. Pada tahap ini, perkembangan mental bayi sudah dapat dikatakan sebagai sebagai berada di tahap perkembangan daya kognitif dan kebolehan mental asas pada bayi. Bayi sudah mengetahui sebab akibat sesuatu keadaan berlaku. Contohnya, apabila menggoncangkan sesuatu alat mainan, ia akan berbunyi.
5.       Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan.
à Ketika ini, penemuan makna baru melalui pengalaman yang dilalui oleh bayi berlaku secara aktif. hal ini, bayi memerlukan kecepatan untuk melahirkan keseluruhan rangkaian tingkah laku apabila berada di dalam sesuatu situasi baru. di tahap ini, bayi memperlihatkan kemajuan yang pesat berhubung dengan pemahaman sesuatu konsep dan telah mempunyai konsep yang kukuh tentang sesuatu objek. bayi juga mengalami proses cuba jaya tetapi dalam keadaan yang mudah. Contohnya, kanak-kanak ini akan mencuba pelbagai bunyi dan tingkah laku untuk mendapatkan perhatian.
6.       Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal kreativitas.
à Berlakunya kombinasi mental di mana kanak-kanak mula mempunyai keupayaan untuk memahami aktiviti permainan dan fungsi simbolik. Pada ketika ini, kanak-kanak dapat mengatasi masalah kaedah cuba jaya dan dapat membezakan jenis-jenis tingkah laku peniruan yang diperhatikan. kanak-kanak juga telah mengetahui tentang peranan jantina dan fungsi individu dalam rumahtangga.

*     Tahapan praoperasional
Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran (Pra)Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.
Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.
Piaget juga mengatakan bahawa proses perkembangan kognitif kanak-kanak menjadi lebih sempurna menerusi tiga kebolehan asas yang berlaku iaitu :
1)      Perkembangan kebolehan mental kanak-kanak untuk melakukan tingkah laku yang ketara seperti kebolehan mengira.
2)      Melalui latihan yang diulang-ulang, rangkaian tingkah laku yang dikukuhkan dan digeneralisasikan sehingga menjadi skema tingkah laku yang stabil.
3)      Hal-hal umum yang betul-betul difahami oleh individu bagi mewujudkan sesuatu pengukuhan tingkah laku.
Selain itu, Piaget juga mengatakan bahawa operasi yang berlaku mesti berasaskan pada tiga fenomena mental yang penting iaitu pengamatan, ingatan dan bayangan. Pengamatan merupakan suatu proses di mana kanak-kanak memberikan sepenuh perhatian terhadap sesuatu yang dilihat. Sementara, ingatan pula ialah satu proses pembinaan, pengumpulan dan pengambilan kembali memori mengenai peristiwa lalu. Manakala, bayangan merupakan satu proses yang menyebabkan sensasi yang statik, selalunya pandangan dan pendengaran yang dikumpulkan di bahagian mental.
Bagi tahap ini, Piaget telah bahagikan kepada dua sub tahap iaitu :
·         Tahap Pro-konseptual ( 2-4 tahun )
·         Tahap Pra-operasi ( 4-7 tahun )
Di tahap pra-konseptual, kanak-kanak belum lagi dapat membedakan dan memahami dua atau lebih dimensi pada masa yang sama. Hal ini kerana, mereka belum dapat menyusun penerangan yang ada dalam pemikiran.
Kecerdasan di tahap ini selalunya diuraikan sebagai kaku, tegang, ketidaksanggupan membuat kesimpulan dan tidak menumpukan perhatian terhadap hubungan di antara peristiwa yang berbeza. Terdapat empat kandungan utama proses kognitif dalam tahap ini iaitu 'egocentrism', 'konsep sebab-akibat', 'peningkatan perolehan bahasa' dan 'pembentukan identiti diri'.
Satu lagi kekurangan di tahap ini ialah dari segi prinsip ketekalan ; iaitu pengetahuan bahwa kuantiti adalah tidak berkaitan dengan susunan setiap keadaan fisikal sesuatu objek. Kanak-kanak yang tidak memahami prinsip ini tidak akan tahu bahawa jumlah, isi padu atau panjang sesuatu objek tidak akan berubah apabila bentuk dan susunannya berubah.




*     Tahapan operasional konkrit
Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
v  Pengurutan à kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.
v  Klasifikasi à kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan)
v  Decentering à anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.
v  Reversibility à anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
v  Konservasi à memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain.
v  Penghilangan sifat Egosentrisme à kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.

*     Tahapan operasional formal
Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi abu-abu" di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.

                Menurut Piaget, perkembangan masing-masing tahap tersebut merupakan hasil perbaikan dari perkembangan tahap sebelumnya.
                Untuk menunjukan struktur kognitif yang mendasari pola-pola tingkah laku yang terorganisir, Piaget menggunakan istilah skema dan adaptasi. Skema (struktur kognitif) adalah proses atau cara mengorganisir dan merespons berbagai pengalaman. Sedangkan adaptasi  (struktur fungsional) adalah sebuah istilah yang digunakan Piaget untuk menunjukan pentingnya pola hubungan individu dengan lingkungannya dalam proses perkembangan kognitif. Menurut Piaget, adaptasi ini terdiri dari dua proses yang saling melengkapi, yaitu asimilasi dan akomodasi.
Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang sudah ada. Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung memodifikasi pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema yang sudah ada sebelumnya. Dalam contoh di atas, melihat burung kenari dan memberinya label "burung" adalah contoh mengasimilasi binatang itu pada skema burung si anak.
Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema yang baru sama sekali. Dalam contoh di atas, melihat burung unta dan mengubah skemanya tentang burung sebelum memberinya label "burung" adalah contoh mengakomodasi binatang itu pada skema burung si anak.
Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang berubah dan berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap di atasnya. Proses penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai keadaan equilibrium, yaitu berupa keadaan seimbang antara struktur kognisinya dengan pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan selalu berupaya agar keadaan seimbang tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses penyesuaian di atas.

Dengan demikian, kognisi seseorang berkembang bukan karena menerima pengetahuan dari luar secara pasif tapi orang tersebut secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar