Dysphasia merupakan ganguan
perkembangan otak. Dysphasia sendiri
diambil dari istilah aphasia. Aphasia adalah keadaan dimana
seseorang mengalami gangguan kehilangan kemampuan bicara yang disebabkan karena
traumatic brain injury atau cerebral palsy akibat
kecelakaan, tumor, dan pendarahan otak. Dysphasia adalah bentuk ringan
dari aphasia.
Di bawah ini adalah
pembagian kelompok mana yang dimaksud merupakan murni dysphasia
development.
Klasifikasi communication and language disorder pada anak
|
A. Developmental language disorders (ganguan perkembangan
berbahasa)
|
1. Hanya
mengalami gangguan ekspresif dengan pemahaman normal dengan sedikit atau
tanpa komorbiditas - gangguan lain yang menyertainya (pure
dysphasia development atau expressive language disorder menurut DSM IV)
|
2. Gangguan
campuran antara perkembangan bahasa ekspresif dan reseptif (mixed
receptive-expressive language disorder DSM IV). Seringkali terjadi adanya
deskrepansi (perbedaan) yang bermakna antara skor tes verbal IQ dengan
performal (non-verbal) IQ, dimana skor verbal IQ mencapai skor yang sangat
rendah. Atau non-verbal IQ mencapai skor lebih tinggi daripada tes pemahaman
bahasa. Pemahaman bahasa lebih rendah daripada rata-rata anak seusianya,
artinya ada gangguan perkembangan bahasa reseptif (receptive
dysphasia).
|
1 dan 2 di atas dapat terjadi pada anak yang mengalami gangguan
perkembangan bahasa dan bicara.
|
B. Gangguan bahasa reseptif: diluar definisi dysphasia
development, karena pemahaman bahasa lebih jelek daripada bahasa ekspresif.
|
1. Kemampuan
reseptif dan ekspresif sangat rendah (delay atau tertinggal); seringkali
diikuti dengan gangguan nonverbal (mengalami juga keterbelakangan mental).
Dalam bentuk yang parah didapatkan asymbolic mental retardation atau
“mute autistic”. Pemahaman bahasa dan bicara sama sekali tak nampak.
|
|
2. Verbal-auditory
agnosia atau congenital word deafness (bentuk ringan dari phonologic
perception problem)
|
3. Cortical
deafness, total auditory agnosia (congenital auditory imperception).
|
4. Gangguan
sensorik pendengaran yang parah.
|
C. Gangguan semantik-pragmatik
|
Gangguan bahasa Semantik
(pengertian) – pragmatik (penggunaan) sering
dimulai dengan bahasa dengan echolalia yang
banyak.
|
D. Gangguan kelancaran bicara, atau gagap.
|
E. Mutisme selektif (tidak mau bicara dalam situasi atau tempat
tertentu)
|
F. Miskin bahasa karena kurang stimulasi
|
G. Gangguan artikulasi dan gangguan perkembangan bahasa dan
bicara, sering disebabkan karena masalah seperti dalam pembagian 1
& 2
|
|
Gangguan perkembangan bicara dan bahasa karena sebab-sebab lain:
|
1. Child-afasia (disebabkan karena traumatic, tumor,
infeksi)
|
2. Landau-Kleffner-syndrom (gejala mirip pada pembangian B)
|
3. Kemunduran perkembangan bahasa dan bicara dengan penyebab tak
diketahui dengan atau tanpa epilepsi saat tidur dan gangguan nosologi yang
tak diketahui penyebabnya, sering juga terjadi pada Autisme Spectrum Disorder
(ASD).
|
|
Sumber:
C.Njiokiktjen (psikiater & neurolog anak) dalam artikel: De Relatie
tussen taalontwikkelings-stoornissen en autisme, Wettenschaplijk Tijdschrift
Autisme, nummer 2, augustus 2005.
|
Faktor pendukung dysphasia.
Beberapa faktor yang
perlu mendapat perhatian sebagai faktor pendukung perkembangan bahasa dan
bicara anak-anak dengan pure dysphatic development:
J
Faktor
relasi emosi dikatakan sebagai faktor penunjang perkembangan adalah karena agar
si anak dapat mengembangkan dirinya sendiri dengan cara membangun relasi sosial
dengan seseorang terdekatnya;
J
kontak
fisik dengan sentuhan, belaian, ciuman, duduk berdampingan, yang mempunyai arti
baginya, akan memberikan rasa aman pada anak, selain itu juga kita perlu mensinkronisasikan
diri dengan sentuhan anak (body awarness);
J
faktor
motorik mempunyai arti dalam pengembangan bahasa dan bicara, sebab berbicara
adalah gerakan/motorik, dan gerakan akan menstimulasi bicara;
J
faktor
imitasi: pada dasarnya perkembangan bahasa dan bicara anak didasari pada faktor
imitasi dari apa yang diucapkan dan dibicarakan oleh orang-orang sekitarnya;
J
faktor
permainan sebagai alat bantu akan lebih mempermudah hingga terjadinya
spontanitas anak untuk melakukan interaksi terutama guna peningkatan kemampuan
non-verbal.
Prinsip penanganan pada fase awal
verbal
Dalam fase ini Instituut Dysfatisch Ontwikkeling menggunakan metode yang
kemudian dinamakan Tan-Sóderbergh Metoda, yang sudah dimulai dicobakan oleh
institute ini sejak tahun 1986. Prinsipnya adalah memanfaatkan
perkembangan yang dominan pada anak-anak ini, yaitu mereka mempunyai
perkembangan otak sebelah kanan yang dominan. Otak sebelah kanan ini lebih
berfungsi untuk mengatur fungsi visual, seperti mengenal berbagai logo-logo,
lebih cepat membaca melalui berbagai logo dan alfabhet, maka kelebihan ini
dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan juga kemampuan verbal yang tertinggal.
Metoda ini diperuntukkan pada anak-anak pure dysphatic development usia 3-4
tahun, saat mana anak-anak ini sudah mulai berbicara.
Kegiatannya dilakukan perkelompok, di sekolah, antara 4 – 5 anak dengan satu
orang pembimbing. Selain dilakukan di sekolah juga dilakukan secara simultan
dan terpadu di rumah oleh orang tua/ibunya. Karena itu tetap dibutuhkan
kerjasama terpadu antara orang tua dan guru. Perkembangan individual tetap
mendapatkan perhatian, agar kegiatan yang diberikan sesuai dengan perkembangan
dan minat anak.
Pada prinsipnya metoda ini mengajarkan berbicara dan berbahasa dengan
menggunakan berbagai kata-kata yang menjadi perhatian si anak, kata-kata dan
huruf serta kalimat yang tersebar dimana-mana di sekitarnya. Perhatian anak ini
kita manfaatkan untuk mengembangkan apa yang ia lihat, dan kita manfaatkan
untuk mengembangkan kemampuan verbalnya yang tertinggal. Huruf, kata-kata,
kalimat yang menjadi perhatiannya itu kita kembangkan bahwa hal itu menjelaskan
sesuatu, dimana referensi (buku-buku) yang bisa menjelaskan kata-kata tadi. (
Misalnya ia melihat kata kapal, kita jelaskan kapal itu apa, bagaimana
bentuknya, dimana dapat kita temukan, bagaimana menbuatnya, dan seterusnya).
Sumber
:
http://www.ditplb.or.id/2007/content.Oleh : Auliana Cahya Ifani (2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar