Minggu, 14 Februari 2016

Perkembangan Fisik – Motorik Masa Anak-Anak sampai Remaja


I. Perkembangan masa Anak-anak
          Masa anak-anak dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh ketergantungan, yakni kira-kira usia 2 tahun sampai saat anak matang secara seksual, yakni kira-kira usia 13 tahun untuk wanita dan 14 tahun untuk pria. Selama periode ini (kira-kira 11 tahun bagi wanita dan 12 tahun bagi pria) terjadi sejumlah perubahan yang signifikan, baik secara fisik maupu psikologis. Sejumlah ahli membagi masa anak-anak menjadi dua, yaitu masa anak-anak awal dan masa anak-anak akhir.

1. Masa anak-anak awal
a. Perkembangan Fisik
          Selama masa anak-anak awal, pertumbuhan fisik berlangsung labat disbanding dengan tingkatpertumbuhan selama masa bayi. Pertumbuhan fisik yang lambat ini berlangsung sampai munculnya tanda-tanda pubertas, yakni kira-kira dua tahun menjelang anak matang secara seksual dan pertumbuhan fisik kembali berkembang pesat. Meskipun selama masa anak-anak pertumbuhan fisik mengalami perlambatan, namun keterampialan-keterampilan motorik kasar dan motorik halus justru berkembang pesat.

b. Tinggi dan Berat
Selama masa anak-anak awal, tinggi rata-rata anak bertumbuh 2.5 inci dan berat bertambah antara 2,5 hingga 3,5 kg setiap tahunnya. Pada usia 3 tahun, tinggi anak sekitar 38 inci dan beratnya sekitar 16,5 kg. Pada usia 5 tahun, tinggi anak mencapai 43.6 inci dan beratnya 21,5 kg (Mussen, Conger & Kagan, 1969). Ketika anak usia prasekolah bertumbuh makin besar, persentase pertumbuhan dalam tinggi dan berat berkurang setiap tahun. Selama masa ini, baik laki-laki maupun perempuan terlihat makin langsing, sementara batang tubuh mereka makin panjang.

c. Perkembangan Otak
Di antara perkembangan fisik yang sangat penting selama masa anak-anak awal ialah perkembangan otak dan sistem saraf yang berkelanjutan. Meskipun otak terus bertumbuh pada masa awal anak-anak, namun pertumbuhannya tidak sepesat pada masa bayi. Pada saat bayi mencapai usia 2 tahun, ukuran otaknya rata-rata 75% dari otak orang dewasa. dan pada usia 5 tahun, ukuran otaknya telah mencapai sekitar 90% otak orang dewasa (Yeterian & Pandya, 1988).
Pertumbuhan otak selama awal masa anak-anak disebabkan oleh pertambahan jumlah dan ukuran urat saraf yang berujung di dalam dan di antara daerah-daerah otak. Ujung-ujung urat saraf itu terus bertumbuh setidak-tidaknya hingga masa remaja. Beberapa pertambahan ukuran otak juga disebabkan oleh per­tambahan myelination, yaitu suatu proses di mana sel-sel urat saraf ditutup dan disekat dengan suatu lapisan sel-sel lemak. Proses ini berdampak terhadap peningkatan kecepatan informasi yang berjalan melalui sistem urat saraf. Beberapa ahli psikologi perkembangan percaya bahwa myelination adalah penting dalam pematangan sejumlah kemampuan anak-anak.

d. Perkembangan Motorik
Perkembangan fisik pada masa anak-anak ditandai dengan berkem­bangnya keterampilan motorik, baik kasar maupun halus. Sekitar usia 3 tahun, anak sudah dapat berjalan dengan baik, dan sekitar usia 4 tahun anak hampir menguasai cara berjalan orang dewasa. Usia 5 tahun anak sudah terampil menggunakan kakinya untuk berjalan dengan berbagai cara, seperti maju dan mundur, jalan cepat dan pelan-pelan, melompat dan berjingkrak, berlari ke sana ke magi, memanjat, dan sebagainya yang semuanya dilakukan dengan lebih halus dan bervariasi. Anak usia 5 tahun juga dapat melakukan tindakan-tindakan tertentu secara akurat, seperti menyeimbangkan badan di atas satu kaki, menangkap bola dengan baik, melukis, menggunting dan melipat kertas, dan sebagainya. Secara singkat mengenai perkembangan motorik pada masa anak­anak awal ini dapat digambarkun dalam tabel di bawah ini :



Perkembangan Motorik Masa Anak-anak Awal
Usia (Tahun)
Motorik Kasar
Motorik Halus


2,5 – 3,5
Berjalan dengan baik, berlari lurus kedepan, dan melompat.
Meniru sebuah lingkaran, tulisan cakar ayam, dapat makan menggunakan sendok, dan menyusun beberapa kotak.


3,5 – 4,5
Berjalan dengan 80 % langkah orang dewasa, berlari 1/3 kecepatan orag dewasa, melempar dan menangkap bla besar, tetapi lengan masih kaku.
Mengancingkan baju, meniru bentuk sederhana, dan membuat gambar sederhana.
4,5 – 5,5
Menyeimbangkan badan di atas satu kaki, berlari jauh tanpa jatuh, dan dapat berenang dalam air yang dangkal.
Menggunting, mengambar orang, meniru angka dan huruf sederhana, membuat susunan yang kompleks dengan kotak-kotak.

2. Masa pertengahan dan anak-anak akhir
a. Perkembangan Fisik
Masa pertengahan dan akhir anak-anak merupakan periode pertumbuhan fisik yang lambat dan relatif seragam sampai mulai terjadi perubahan-perubahan pubertas, kira-kira 2 tahun men­jelang anak menjadi matang secara seksual, pada masa ini pertumbuhan berkembang pesat. Karena itu, masa ini sering juga disebut sebagai "periode tenang" sebelum pertumbuhan yang cepat menjelang masa remaja. Meskipun merupakan "masa tenang", tetapi hal ini tidak berarti bahwa pada masa ini tidak terjadi proses pertumbuhan fisik yang berarti. Berikut ini akan dijelaskan beberapa aspek dari pertumbuhan fisik yang terjadi selama periode akhir anak-anak, di antaranya keadaan berat dan tinggi badan, keterampilan motorik.

b. Keadaan Berat dan Tinggi Badan
Sampai dengan usia sekitar 6 tahun terlihat badan anak bagian atas berkembang lebih lambat daripada bagian bawah. Anggota­anggota badan relatif masih pendek, kepala dan perut relatif masih besar. Selama masa akhir anak-anak, tinggi bertumbuh sekitar 5 hingga 6% dan berat bertambah sekitar 10% setiap tahun. Pada usia 6 tahun tinggi rata-rata anak adalah 46 inci dengan berat 22,5 kg. Kemudian pada usia 12 tahun tinggi anak mencapai 60 inci dan berat 80 hingga 42,5 kg (Mussen, Conger & Kagan, 1969).
Jadi, pada masa ini peningkatan berat badan anak lebih banyak daripada panjang badannya. Kaki dan tangan menjadi lebih panjang, dada dan panggul lebih besar. Peningkatan berat badan anak selama masa ini terjadi terutama karena bertambahnya ukuran sistem rangka dan otot, serta ukuran beberapa organ tubuh. Pada saat yang sama, kekuatan otot-otot secara berangsur-angsur bertambah dan gemuk bayi (baby fat) berkurang. Pertambahan kekuatan otot ini adalah karena faktor keturunan dan latihan (olahraga). Karena perbedaan jumlah sel-sel otot, maka umumnya anak laki-laki lebih kuat daripada anak perempuan (Santrock, 1995).
Pertumbuhan fisik selama masa ini, di samping memberikan kemampuan bagi anak-anak untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas baru, tetapi juga dapat menimbulkan permasalahan­permasalahan dan kesulitan-kesulitan secara fisik dan psikologis bagi mereka (Seifert & Hoffnung, 1994).

c. Perkembangan Motorik
Dengan terus bertambahnya berat dan kekuatan badan, maka selama masa pertengahan dan akhir anak-anak ini perkembangan motorik menjadi lebih halus dan lebih terkoordinasi dibandingkan dengan awal masa anak-anak. Anak-anak terlihat lebih cepat dalam berlari dan makin pandai meloncat. Anak juga makin mampu menjaga keseimbangan badannya. Penguasaan badan, seperti membongkok, melakukan bermacam-macam latihan senam serta aktivitas olah raga berkenibang pesat.
Sejak usia 6 tahun, koordinasi antara mata dan tangan (visio­motorik) yang dibutuhkan untuk membidik, menyepak, melempar dan menangkap juga berkembang. Pada usia 7 tahun, tangan anak semakin kuat dan is lebih menyukai pensil daripada krayon untuk melukis. Dari usia 8 hingga 10 tahun, tangan dapat digunakan secara bebas, mudah dan tepat. Koor- dinasi motorik halus berkembang, di mana anak sudah dapat menulis dengan baik. Ukuran huruf menjadi lebih kecil dan lebih rapi. Pada usia 10 hingga 12 tahun, anak-anak mulai memperlihatkan keterampilan­keterampilan manipulatif menyerupai kemampuan-kemampuan or­ang dewasa. Mereka mulai memperlihatkan gerakan-gerakan yang kompleks, rumit, dan cepat, yang diperlukan untuk menghasilkan karya kerajinan yang bermutu bagus atau memainkan instrumen musik tertentu (Santrock, 1995).
Untuk memperhalus keterampilan-keterampilan motorik mereka, anak-anak terus melakukan berbagai aktivitas fisik. Aktivitas fisik ini dilakukan dalam bentuk permainan yang kadang-kadang bersifat informal, permainan yang diatur sendiri oleh anak, seperti permainan umpet-umpetan, di mana anak menggunakan ke­terampilan motornya. Di samping itu, anak-anak juga melibatkan diri dalam aktivitas permainan olahraga yang bersifat formal, seperti olahraga senam, berenang, atau permainan hoki.
Anak-anak masa sekolah ini mengembangkan kemampuan melakukan permainan (game) dengan peraturan, sebab mereka sudah dapat memahami dan menaati aturan-aturan suatu per­mainan. Pada waktu yang sama, anak-anak mengalami pening­katan dalam koordinasi dan pemilihan waktu yang tepat dalam melakukan berbagai cabang olahraga, baik secara individual ataupun kelompok.
Partisipasi di berbagai cabang olahraga, dapat memberi konsekuensi positif dan negatif bagi anak-anak. Di satu sisi, partisipasi anak-anak dalam bidang olahraga dapat memberi latihan dan kesempatan untuk belajar bersaing, meningkatkan harga diri (self-esteem), dan memperluas pergaulan dan per­sahabatan dengan teman-teman sebaya. Tetapi di sisi lain, olahraga juga menimbulkan dampak negatif bagi anak-anak. Mereka mengalami terlalu banyak tekanan untuk berprestasi dan menang, cidera fisik, harus bolos dari tugas akademis, berusaha mencapai harapan-harapan yang tidak realistis untuk menjadi atlit yang sukses.

II. Perkembangan Masa Remaja
          Remaja sebagai periode tertentu dari kehidupan manusia merupakan suatu konsep yang relative baru dalam kajian psikologi. Di Negara-negara Barat, istilah remaja dikenal dengan “adolescence” yang berasal dari kata dalam bahasa latin “adolescere”, yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa.

a. Perkembangan Fisik
          Perubahan-perubahan fisik merupakan gejala primer dalam pertumbuhan masa remaja, yang berdampak terhadap perubahan-perubahan psikologis (Sarwono, 1994). Pada mulanya, tanda-tanda perubahan fisik dari masa remaja tdalam kontekspubertas. Dalam konteks ini, kematangan organ-organ seks dan kemampuan reproduktif bertumbuh dengan cepat. Baik anak laki-laki maupun anak perempuan mengalami pertumbuhan fisik yang cepat, yang disebut “growth spurt” (percepatan pertumbuhan), di mana terjadi perubahan dan percepatan pertumbuhan di seluruh bagian dan dimensi badan. Pertumbuhan cepat bagi anak perempuan terjadi 2 tahun lebih awal dari anak laki-laki. Umumnya anak perempuan mulai mengalami pertumbuhan cepat pada usia 10,5 tahun dan anak laki-laki pada usia 12,5 tahun. Bagi kedua jenis kelamin, pertumbuhan cepat ini berlangsung selama kira-kira 2 tahun.

b. Perubahan dalam Tinggi dan Berat
Tinggi rata-rata anak laki-laki dan perempuan pada usia 12 tahun adalah sekitar 59 atau 60 inci. Tetapi, pada usia 18 tahun, tinggi rata-rata remaja lelaki adalah 69 inci, sedangkan tinggi rata-rata remaja perempuan hanya 64 inci. Tingkat pertumbuhan tertinggi terjadi pada usia sekitar 11 atau 12 untuk anak perempuan dan 2 tahun kemudian untuk anak lelaki. Dalam tahun itu, tinggi kebanyakan anak perempuan bertambah sekitar 3 inci dan tinggi kebanyakan anak lelaki bertambah lebih dari 4 inci (Zigler & Stevenson, 1993).
Ada pun faktor penyebab laki-laki rata-rata lebih tinggi dari pada perempuan adalah karena laki-laki memulai percepatan pertumbuhan mereka 2 tahun lebih lambat dibandingkan dengan anak-anak perempuan. Dengan demikian, mereka mengalami penambahan pertumbuhan selama 2 tahun pada masa anak-anak. Tinggi rata-rata anak perempuan pada saat ia memulai percepatan pertumbuhan adalah sekitar 54 atau 55 inci, sedangkan tinggi rata-rata anak laki-laki adalah sekitar 59 atau 60 inci. Karena penam­bahan tinggi anak laki-laki dan anak perempuan selama masa remaja sekitar 9 atau 10 inci dan setelah itu pertumbuhan relatif lebih sedikit, maka perempuan pada akhirnya lebih pendek dibanding dengan rata-rata pria (Seifert & Hoffnung, 1994).
Percepatan pertumbuhan badan juga terjadi dalam penam­bahan berat badan, yakni sekitar 13 kg bagi anak laki-laki dan 10 kg bagi anak-anak perempuan (Malina, 1990). Meskipun berat badan juga mengalami peningkatan selama masa remaja, namun ia lebih mudah dipengaruhi, seperti melalui diet, latihan, dan gaya hidup umumnya. Oleh karena itu, perubahan berat lebih sedikit dapat diramalkan dibandingkan dengan tinggi.

c. Perubahan dalam Proporsi Tubuh
Seiring dengan pertambahan tinggi dan berat badan, percepatan pertumbuhan selama masa remaja juga terjadi pada proporsi tubuh. Bagian-bagian tubuh tertentu yang sebelumnya terlalu kecil, pada masa remaja menjadi terlalu besar. Hal ini terlihat jelas pada pertumbuhan tangan dan kaki, yang sering terjadi tidak proporsional. Perubahan proporsi tubuh yang tidak seimbang ini menyebabkan remaja merasa kaku dan canggung, serta khawatir bahwa badannya tidak akan pernah serasi dengan tangan dan kakinya.
Perubahan-perubahan dalam proporsi tubuh selama masa remaja, juga terlihat pada perubahan ciri-ciri wajah, dimana wajah anak-anak mulai menghilang, seperti dahi yang semula sempit sekarang bmenjadi lebih luas, mulut melebar, dan bibir menjadi lebih penuh. Di samping itu, dalam perubahan struktur kerangka, terjadi percepatan pertumbuhan otot, sehingga mengakibatkan terjadinya pengurangan jumlah lemak tubuh.



III. Proses Perkembangan dan Perubahan Manusia
“Umur 1 – 4 tahun”
Pada usia ini tingkat ketergantungan mulai berubah. Aktivitas yang semula serba dependen perlahan beralih menjadi independen. Seiring dengan kemajuan  dalam kemampuan  bahasa, gerak, dan kemampuan komunikasi dengan dunia luarnya, ia akan lebih mudah mengungkapkan kebutuhan dan keinginannya. Perbendaharaan kata yang dimiliki semakin banyak, dan anak mulai pandai menirukan kata yang didengarnya.  Orang tua yang mengasuhnya pun lebih mudah mengerti apa yang dikehendaki si anak, karena anak sudah dapat berkomunikasi dengan lebih baik. Dengan kemampuannya itu, ditambah dengan keterampilan motoriknya yang mulai dapat memegang, memeriksa , dan mencoba sesuatu, ia akan semakin banyak melakukan eksplorasi terhadap lingkungannya. Ia akan senang untuk membongkar-bongkar dan mengobrak-abrik  semua tempat.
Semakin ia besar dan mengerti perbedaan dirinya dengan dunia luar, disini akan timbul pertentangan. Pertentangan terjadi karena si anak belum mengenal kepentingan lain selain kepentingan dirinya sendiri, sehingga kerapkali akan terjadi pertentangan dengan kepentingan orang tuanya.
Dalam usia 2-3 tahun anak memasuki fase  gemar memprotes segala hal. Setiap ajakan akan ditolak dan diprotesnya. Masa ini disebut masa kopigheid’s periode (masa keras kepala), atau ada pula yang menyebutnya sebagai masa negativistik.  Anak seperti berusaha berpegang pada suatu pendirian, walau setelah itu ia juga akan menentang ajakan sebaliknya.
Dalam usia 4 tahun, anak senang bermain-main dengan anak lain. Keingintahuannya meluas dan  ia sudah dapat berfantasi akan kesenangannya.  Pola interaksi dengan orang tua juga mulai agak berubah. Orang tua sudah melihatnya  sebagai anak yang agak besar, bukan anak bayi lagi, yang tidak lagi  harus ditunggui setiap saat oleh ibunya. Di sinilah anak kadang kembali mengalami separation anxiety, karena ia tak lagi selalu di dekat ibunya.  Hal ini juga sering terjadi bila ibu melahirkan adiknya, di mana perhatian seluruh keluarga lebih banyak tercurah  bagi si adik bayi yang baru lahir.
Aktifitas juga akan meningkat. Anak seperti tidak bisa diam, maunya naik turun tempat tidurnya, mencoba jalan-jalan, dan lain sebagainya. Pada masa  ini orang tua sering terlalu khawatir dan akhirnya  semakin keras dan melarang anaknya untuk banyak bermain. Sebenarnya hal ini dapat memberi pengaruh kurang baik, sebab anak yang semula aktif dan bersemangat menjelajahi dunianya, menjadi berkurang minatnya karena takut dimarahi kalau-kalau ia melakukan sesuatu yang  ternyata dilarang orang tuanya. Akhirnya anak yang semula aktif menjadi anak yang pasif, dan akhirnya perkembangannya melambat.
Faktor lain yang berpengaruh adalah perubahan sikap dari orang tuanya, di saat si anak memiliki adik. Si  sulung dituntut untuk jadi panutan bagi sang adik. Terhadap sang adik yang baru lahir, biasanya sikap orang tuanya tidak sama seperti waktu si sulung masih sendiri. Kekuatiran orang tua sudah berkurang, dan sang adik memperoleh lebih banyak kebebasan.
Selain dari orang tua, kakak dari seorang anak juga turut mempengaruhi perkembangan anak. Dengan adanya seorang kakak, bagi sang adik bisa menjadi pemacu untuk berkompetisi dan berusaha untuk menyainginya. Namun sebaliknya, bisa juga si adik bisa menjadi manja, sebab selalu terlindungi oleh kakaknya. Seorang adik bungsu yang bedanya jauh dengan kakaknya, kadangkala akan dibiarkan memiliki ketergantungan yang berlebihan terhadap kakak-kakaknya, atau terhadap orang tuanya.

“Umur 5 – 6 tahun”
Usia ini adalah usia sekolah awal. Anak mulai masuk Taman Kanak-kanak. Ia memulai untuk berusaha berdiri sendiri di dunia luarnya. Ia tidak lagi berada di sisi ibunya terus-menerus. Di TK ia akan mulai berlatih berbagai keterampilan. Kemampuan melihat, menerima pengertian, berpikir, berbahasa, yang masih sederhana akan dikembangkan dengan berhadapan langsung dengan dunia luar.  Hal-hal yang dialaminya secara langsung akan semakin banyak dan semakin bervariasi.
Aktifitasnya akan meningkat, dan porsi waktu yang semula ia habiskan dalam rumah saja bergeser menjadi banyak di luar rumah. Dan ia juga akan melihat dunia yang melibatkan lebih banyak orang, dengan berbagai perilakunya. Di sinilah orang  tua sering menjadi cemas, sebab khawatir  perilaku orang lain akan memberi pengaruh yang tidak baik bagi anak.
Dalam proses mengasah ketrampilan ini, setiap anak memiliki kecepatan yang berbeda-beda, walaupun anak itu sebenarnya normal. Di sinilah peran ibu / orang tua cukup besar. Kadang kala ibu merasa cemas dan “senewen” melihat anaknya kurang cepat dibanding anak lain, dan akhirnya menyuruh anak untuk lebih cepat. Ini kadang malah berakibat anak menjadi  semakin tegang dan bertentangan dengan ibunya.
Hal lain yang sering dilakukan ibu adalah mengambil alih tugas mengerjakan  pekerjaan rumah atau prakarya yang diberikan gurunya. Pengambilalihan ini bisa juga berupa menyuruh kakaknya yang lebih besar untuk mengerjakannya. Memang akhirnya si anak akan mengumpulkan hasil karya yang baik, mungkin malah paling baik di kelasnya, dan memperoleh nilai yang tinggi, akan tetapi hal ini sebenarnya malah berakibat tidak baik bagi perkembangan anak. Anak akan menjadi tidak bertambah terampil (malah ibu atau kakaknya yang tambah terampil), dan secara tidak sadar akan menanamkan pada anak  bahwa ia tidak perlu repot-repot karena akan selalu dibantu ibunya.  Fungsi sekolah yang bertujuan untuk membentuk tanggung jawab, kewajiban, dan keterampilan  pun tidak tercapai sebagaimana direncanakan. Hal yang mungkin terjadi juga, si anak dapat menjadi terbiasa menyalahgunakan kasih ibunya itu dengan berlambat-lambat dalam melakukan suatu tugas, dengan harapan akan diambil alih oleh ibunya.


IV. Tahap-tahap Pertumbuhan dan Perkembangan
Terdapat variasi yang besar, tetapi setiap anak akan melalui suatu "milestone" yang merupakan tahapan dari tumbuh kembangnya dan tiap-tiap tahap mempunyai ciri tersendiri .Menutur Hasil Rapat Kerja UKK pediatric Sosial di Jakarta, yaitu :
  1. Masa Toddler : usia 1 – 3 tahun
  2. Masa Pra Sekolah : Usia 3 – 6 tahun
  3. Masa Sekolah : Usia 6 – 18/20 tahun
a. Masa Pra remaja : usia 6 – 10 tahun
b. Masa Remaja :
- Masa remaja dini à wanita usia 8 – 13 tahun dan
Pria usia 10 – 15 tahun
- Masa temaja lanjut à Wanita usia 13 – 18 tahun dan
Pria usia 15 – 20 tahun







Daftar Pustaka

- www.google.com/Majalah “Anakku” edisi 4, tahun 2000.
- www.google.com/Andi Yudianto tag:blogger.com
- Yusuf LN,Syamsu.2004.Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

- Desmita.2007.Psikologi Perkembangan.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar