Jumat, 12 Agustus 2016

Aku Guru Malas (Mungkin)

Kisah ini berawal dari sebuah tempat penitipan anak di Bandung, ada seorang anak yang pagi sekolah TK dan pulang sekolahnya langsung dititipkan pada TPA/Daycare tersebut. Anak ini bersekolah di taman kanak-kanak yang bisa dibilang cukup dikenal di kota Bandung. Dia diantar ke TPA/Daycare oleh Ayahnya, dengan membawa sepasang sandal yang terbakar sedikit di ujungnya sang Ayah mengutarakan keluh kesahnya pada kepala TPA/Daycare tersebut.
“Bu, tolong ini anak saya harus di apakan ya? anaknya nakal sekali, dia membakar sandal saat kami ke mini market. Pihak sekolah pun menyarankan saya untuk membawa anak ini ke psikolog untuk diterapi, karena di sekolah dia hampir menciptakan kebakaran karena dia membakar tumpukan tissue yang ada di kantor tata usaha, dan lain sebagainya, haduuuh saya pusing bu, saya harus bagaimana?”
Singkat cerita anak ini pun mulai diobservasi oleh kepala TPA/Daycare tersebut. Saat anak tersebut bermain sedikit demi sedikit data dikumpulkan. Ternyata anak tersebut itu memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Salah satu percakapannya :
(langsung ke inti percakapannya ya, hehe)
“Hei ari (nama disamarkan) katanya ari bakar sandal ya waktu ke mini market sama Papa?”
“Iya..”
“Mmh,, pakai apa bakarnya?”
“Pakai korek yang ada airnya itu lho”
“Oooh,, seperti ini?” (Sambil kasih lihat korek bensin)
“Iya” (dan ternyata memang dia bisa menggunakan korek bensin itu)
“Kenapa Ari bakar sendalnya?”
“Abisnya aku kan mau lihat miss sendalnya kayak apaan, plastiknya susah dibuka jadi aku bakar aja”
“Mmmh.. sudah izin belum sama penjualnya”
“Mmmhh.. belum”
“Boleh ngga kalo ambil yang bukan milik Ari tanpa izin?”
“Ngga boleh miss”
“Jadi harus bagaimana?”
“Izin dulu ya miss?”
“Iya, Ari mau janji sama miss? Kalau mau ambil sesuatu yang bukan milik ari boleh izin dulu ya?”
“Iya miss, Ari janji”
(percakapan lainnya)
“Oh iya, tadi miss denger cerita, katanya Ari bakar tissue di sekolah, emang iya?”
“Iya miss”
“Boleh tau kenapa tissue yang banyak itu dibakar?”
“itu miss, bagus deh miss ada asepnya gitu waktu aku bakar, kaya petasan waktu ada acara imlek miss”
“Oooh begitu, Ari dapat dari mana koreknya?”
“Ada di kantornya juga miss, di meja, trus aku lihat ada putih-putih seperti petasan waktu imlek, aku mau liat itu bisa nyala juga apa engga”
Begitulah kurang lebih cerita teteh kepala daycare yang menginap di kostan saya weekend lalu. Apa anak tersebut memerlukan terapi? Beliau banyak share cerita bahwa itu bukan pertama kalinya mendengar ada anak yang agak aktif atau tidak mau diam langsung disarankan periksa ke psikolog, ada anak yang pukul-pukul sana-sini langsung disarankan periksa ke psikolog, ada anak yang masih cadel langsung minta orang tuanya ke tumbuh kembang, dan lain sebagainya, yang kadang membuat hati sedih, apalagi jika semua statement dari para pendidik itu muncul di awal tahun ajaran, yang anak-anak masih beradaptasi dengan lingkungan, yang anak masih bertemu kita beberapa kali. Pendidikan itu berproses, titik.
Memang, jika kita bisa mengenali atau mendeteksi hal-hal special pada diri anak , maka penanganannya pun dapat lebih cepat dan tepat. Tapi bukan berarti bisa dengan mudah membuat rekomendasi/rujukan tho? Tetap deteksi pun ada rambunya, ada yang harus disiapkan dan dilakukan tidak hanya sekali saja, tak bisa terburu-buru. Sekali lagi, proses. Bersyukurlah jika kita termasuk orang sangat menghargai proses.
Cerita itu membuat saya berpikir kembali tentang diri saya sendiri..
Apakah saya guru yang begitu mudah menjudge anak?
Apakah saya guru yang mudah menyerah sehingga melimpahkan anak-anak yang lari-lari di kelas, lompat-lompat di kelas dan belum tau intruksi itu pada psikolog dengan dalih “anak ini special”?
Apakah saya guru yang tak mau ambil pusing dengan anak-anak yang unik itu?
Ah Astaghfirullah, jangan sampai saya melakukan kecerobohan fatal dan menjerumuskan diri sendiri pada sikap yang tak bijak seperti itu.
Saya tak cukup percaya diri jika hanya dengan sekali melihat atau sekali berinteraksi, saya bisa mengenal karakteristik anak secara keseluruhan.
Saya tak cukup ilmu untuk begitu cepat menilai seorang anak itu berkebutuhan khusus atau tidak.
Pasti harus menggunakan instrument yang jelas, valid dan sesuai jika mau mengobservasi anak, dan bukan kapasitas saya.
Saya pun tak cukup tega menghakimi seorang anak yang memiliki hak sama dalam memperoleh pemenuhan kebutuhan fisiknya, kebutuhan rasa amannya, kebutuhan menjadi bagian dari sebuah kelompok, kebutuhan dihargai, dan kebutuhan aktualisasi dirinya.
Terima kasih Allah, sudah mengingatkan saya kembali, menegur, dan membuat saya berpikir pendidik macam apakah saya ini. Meski saat ini hati sedang tak nyaman karena dihadapkan pada sesuatu yang bertentangan dengan hati, tapi itu bukan alasan bagi saya untuk tak mau berusaha lebih keras, untuk tak mau lelah, untuk malas menstimulus anak yang luar biasa beragamnya, perkembangan anak-anak harus tetap menjadi prioritas utama. Bismillah, semoga istiqomah. Aamiin.

Minggu, 10 Juli 2016

Sekolah Malam TK Nasywa


Sekolah malam, ya.. sekolah malam ini adalah program sekolah yang sangat aku tunggu-tunggu. Di sekolah pertama (tapi lembaga paud ke-2) aku menjadi pendidik anak usia dini inilah aku mengenal sekolah malam.

Mungkin belum banyak sekolah yang mempunyai program kegiatan ini, atau mungkin aku saja yang tak tau kalau ternyata banyak sekolah yang punya program yang sama, haha. Tapi tahukah, perasaan bahagiaku saat tau akan ada sekolah malam, aku membayangkan betapa menyenangkannya bermain bersama teman-teman kecil di malam hari, aaahh..lain dari biasanya, aku sukaaa.

Begitupun dengan teman-teman kecil yang setiap hari bertanya tentang sekolah malam, "bu guru, berapa hari lagi sekolah malam?", "bu guru, sebentar lagi ya sekolah malam", ah kalau saja teman-teman tau, akupun sangat tak sabar menanti hari itu tiba. Hari dimana kita semua bermalam di sekolah, yeay!

Sederhana, sungguh sederhana, kami melakukan kegiatan yang mungkin biasa dilakukan di rumah dan bisa dilakukan dimanapun, tapi hei helooow?!? hehe.. kita bersenang-senangnya bersama teman-teman kecil di sekolah. Semua bisa tampak berbeda di malam hari, dan mau apapun kegiatannya, asal kita bersama, semua menyenangkan, cieeee.. hehe,

Sekolah malam TK Nasywa biasa dilaksanakan hari sabtu, dan pada hari jum'at teman-teman kecil masuk sekolahnya sore, ba'da ashar. Kita menginap di sekolah hanya satu malam, ya semalam saja, tapi lihatlah apa yang mereka bawa, koper besar seperti hendak ke luar kota, karena harus ada ini itu yang mereka bawa. Boneka kesayangan, bantal kesayangan, mainan kesayangan, dan lain sebagainya. Senang sekali jika orang tua bercerita bahwa mereka menyiapkan sendiri kebutuhan mereka yang akan dibawa, meski pastinya orang tua memberikan banyak sekali catatan dan kekhawatiran, tatapan haru saat melepas anaknya bermalam di sekolah. Kami hanya tersenyum dan berkata "Percaya ya ayah bunda, ananda sudah pandai, ananda bisa insya Allah". Meski masih ada saja orang tua yang memantau kami dari jauh, tapi kami senang orang tua komitmen dengan memberikan kepercayaan pada anak dan pihak sekolah.

Sekolah malam ini hanya untuk teman-teman kecil usia kelompok B, dan dilaksanakan di akhir semester 2. Mengapa? karena pertimbangan kami kematangan anak di usia ini sudah siap insya Allah.

Acara sekolah malam kami dilakukan di halaman sekolah (baca: Teras..hehe), dengan membuat tenda-tenda sebagai tempat tidurnya. Setelah semua berkumpul, kita menanti adzan maghrib dengan menonton slide show foto kegiatan mereka selama setahun kebelakang, mengenang memory indah itu memang menyenangkan, mereka tertawa, bersenda gurau melihat foto-foto mereka sendiri di tembok yang kami tembakkan lcd infocus. Semoga semua kenangan indah itu tersimpan baik dan menjadikan kalian anak-anak yang ceria dan bahagia.. aamiin.

Setelah itu, kami bersiap-siap sholat maghrib berjama'ah, senang dan bangga rasanya melihat mereka bisa berwudhu dengan benar dan tertib. Sholat maghrib kami diimami oleh Bapak Guru SDU Nasywa yang kami mintai bantuannya dalam acara sekolah malam ini (secara di TK Nasywa adanya bidadari semua, ngga ada bidadara.. haha).

Selepas sholat maghrib, kita makan malam bersama. Lalu bersiap menuju masjid untuk sholat isya berjamaah dan melakukan jalan-jalan malam. Eits, jangan salah sangka ya, jalan-jalan lho ini, bukan jurit malam. Lagi pula kami (terutama saya) sangat tidak setuju dengan segala macam kegiatan yang berbau menakut-nakuti, perpeloncoan, dan lain sejenisnya yang mengatas namakan pendidikan. Jalan-jalan malam kami dilakukan dengan sukacita, kita mencari harta karun di sepanjang jalan dan bermain beberapa games serta tebak-tebakan, ketika ada yang berteriak karena saking senangnya, kita saling mengingatkan, disini kita belajar bagaimana kita menghormati tetangga, bagaimana kita mengendalikan diri, dan bagaimana kita bersikap.

Jalan-jalan malam kami berakhir di lapangan komplek dekat sekolah (alhamdulillah walau kami tak punya lapangan, tapi masyarakat sekitar sangat baik dan mengizinkan kami menggunakan fasilitas komplek), disitu kami dinanti oleh api unggun yang hangat, dan kembang api yang menanti untuk kami mainkan, seru..seru sekali! saat api unggun pun kami berbagi hadiah atas keberanian dan kepandaian kami selama perjalanan malam di sekitar komplek.


Selesai acara api unggun, kami pun kembali ke sekolah, di sekolah sudah ada ibu guru yang menyambut kami dengan jagung bakar dan sosis panggang, mmmhh..lezaat. Sehabis jagung dan sosis itu kami makan, kami pun bersiap untuk tidur, kami mencuci tangan, kaki dan menyikat gigi. Anak laki-laki dan perempuan sudah tentu tidur di tenda yang berbeda. Kami membaca doa bersama-sama dan tidur di tenda. Ah, wajah bahagia mereka yang merasakan sensasi berbeda dari biasanya itu luar biasa. Tak lama, mereka pun terlelap, ibu guru piket bergantian menjaga mereka saat tidur. Aku sendiri senang tidur dibawah rumah kayu, karena selain ada tengah antara tenda anak laki-laki dan perempuan, di situ bisa lihat bintang, senangnyaa.

Malam pun semakin larut, tapi sayup-sayup kami mendengar ada suara anak perempuan yang mengobrol, tan benar ternyata anak perempuan ada beberapa yang belum tidur, tebak mereka sedang apa? ya! rumpiii ciin, hihihi. Ya Allah, apakah potensi rumpi itu sudah ada pada diri wanita sejak dini?  hihihi. Mau tau yang mereka bicarakan? banyak! dari mainan kesukaan, film kartun dan lain sebagainya, yang pastinya tidak akan selesai hingga fajar tiba. Akhirnya salah satu bu guru menemani mereka tidur di tenda yang riuh itu, mungkin mereka berfikir "yaah,, ngapain sih bu guru disini, kan jadi ngga bisa ngobrol" (ini hanya bayangan aku), sebelum ada yang nyeletuk begitu, kami memberikan pengertian, "teman sayang, masih mau ngobrol ya, insya Allah besok dilanjutkan ya ngobrolnya, kasian tubuhnya teman-teman butuh tidur, butuh istirahat, biar besok punya tenaga untuk bermain kembali, oke?!" dan selesai, mereka tidur dengan tenang tanpa harus ada kalimat-kalimat "cepet tidur! ayok kalo ngga tidur nanti digigit tikus, nanti diculik genderuwo" dan ancaman lainnya (sedih, karena saya pernah lihat sendiri ada yang begitu, hiks).


Sebelum subuh kami sudah membangunkan teman-teman kecil, terlihat sekali mana yang biasa bangun pagi dan yang tidak, hehehe. Kita semua bersiap untuk sholat subuh berjamaah, lucu melihat wajah kantuk mereka, sampai-sampai ada yang tertidur lagi di sajadah saat berdzikir dan berdoa. Selesai sholat shubuh teman-teman kecil mendengarkan cerita nabi dari ibu guru, lalu dilanjutkan berjalan pagi di sekitar komplek dan melakukan senam irama, mereka begitu bersemangat, kadang sisa-sisa kembang api pun kami nyalakan setelah senam.

Pagi menjelang, kami semua kembali ke sekolah untuk sarapan pagi. Kok ngga mandi? hehe.. tenang, setelah sarapan kita pergi ke kolam renang dekat sekolah dan berenang disana, salah satu yang ditunggu teman-teman kecil, berenang dan main air, yeeeee! aku saja yang sudah besar (besar dalam arti sebenarnya, haha) senang sekali main air, apalagi anak-anak. Meskipun aku belum bisa berenang (curhat T-T), tapi aku tetap bersenang-senang.

Setelah renang, mandi dan snack time. Kita semua duduk di taman, bertukar kado dan penutupan. Ah, tinggal beberapa minggu lagi mereka bersekolah di TK Nasywa, dan biarkanlah moment indah ini tersimpan dengan baik sebagai kenangan berharga yang akan selalu mereka ingat, insya Allah. Kami bangga nak, kalian tumbuh dan berkembang sesuai usia dengan sangat baik, teruslah berkembang dan bersinar, tetap berpegang teguhlah di jalan Allah, hingga kelak jadi apapun kalian di masa depan, keimanan dan ketaqwaan itu tetap terjaga, dan kalian akan menjadi pembela agama Allah dengan jalan kalian masing-masing. Aamiin, Allahuma aamiin.

Sekembalinya kami dari tempat berenang, para orang tua murid sudah menanti untuk menjemput buah hatinya, selamat mendengarkan cerita mereka yang mungkin akan mereka ulang selalu, dengarkanlah, tersenyumlah, karena mereka benar-benar merasa bahagia.

Hanya kurang lebih 20 jam mereka mendapatkan pengalaman baru di sekolah malam, tapi insya Allah banyak nilai yang kami ingin tanamkan. Terima kasih untuk moment-moment indahnya ya teman-teman kecilku.


(Edisi rindu sekolah malam, oleh: Auliana-Juli 2016/Syawal 1437H)

Minggu, 21 Februari 2016

Kebutuhan Gizi Anak

1.      Kebutuhan Gizi Anak
Kecukupan gizi rata-rata satu hari untuk anak prasekolah berdasarkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi 1998 sebagai berikut:
Golongan Umur
Berat
Tinggi
Energi
Protein
1-3 tahun
12 kg
89 cm
1220 kkal
23 gr
4-6 tahun
18 kg
108 cm
1720 kkal
32 gr

2.      Syarat-Syarat makanan Anak
Syarat makanan anak usia 3-6 antara lain:
a.       Syarat umum bagi anak
1.      Mengandung zat-zat gizi yang lengkap (karbihidrat, protein, lemak, vitamin, mineral) sesuai kebutuhan anak.
2.      Jumlah kalori sesuai kebutuhan anak
3.      Higienes dan tidak mengandung zat tambahan yang berbahaya
4.      Mudah dan praktis dalam pelaksanaan kegiatan makan anak dapat dimakan dengan cepat (tidak perlu mengupas kulit atau bertulang/berduri halus).
b.      Syarat khusus makanan bagi anak usia 3-6 tahun
1.      Porsi makanan tidak terlalu besar, bagi anak yang masih lapar dapat diberikan tambahan makanan.
2.      Makanan cukup basah karena berkuah / tidak terlalu kering sehingga mudah ditelan.
3.      Potongan makanan dan ukuran makanan cukup kecil sehingga mudah dimasukkan kedalam mulut dan mudah dikunyah
4.      Sedikit atau tidak terasa pedas, asam, dan berbumbu tajam
5.      Tidak berduri atau bertulanng kecil
6.      Bersih, rapi, dan menarik dari segi warna dan bentuk
7.      Cukup bervariasi bahan dan jenis hidangannya sehingga anak tidak bosan dan anak belajar mengenal berbagai jenis bahan makanan dan hidangan.
8.      Gunakan alat makan dengan ukuran yang sesuai untuk anak TK, tidak berbahaya (mudah pecah atau tajam seperti kaca atau dapat menghasilkan zat berbahaya bila kontak dengan makanan panas misal plastik/melamin), dapat dibersihkan dan mudah disimpan.
Secara umum dalam menyusun menu hendaknya juga diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.      Kombinasi rasa yaitu asin, manis, asam, pahit, pedas jika suka.
2.      Kombinasi warna hidangan yaitu merah, hijau, kuning, dan sebagainya
3.      Variasi bentuk potongan yaitu persegi,panjang, tipis, bulat, dan sebagainya.
4.      Variasi kering dan berkuah karena ada hidangan yang berkuah banyak seperti sup, sayur asam , sedikit berkuah seperti tumis sayur, dan yang kering seperti ikan/ayam goreng, kering tempe.
5.      Variasi teknik pengolahan yaitu ada hidangan yang diolah dengan teknik digoreng, direbus, dikukus dan lainnya sehingga memberikan penampilan, tekstur dan rasa berbeda pada hidangan. Sebaiknya dihindari adanya pengulangan warna, rasa, bentuk, teknik pengolahan dalam satu menu.

3.      Penyusunan Menu Makan Anak
Dalam menyusun makan anak kita harus mengetahui anjuran makan sehari untuk anak yang terdiri dari:
Bahan Makanan
Anak Usia 1-3 tahun (1220 kkal)
Anak Usia 4-6 tahun (1720 kkal)
1. Beras
150gr
300gr
2. Daging (protein hewani)
50gr
50-75gr
3. Tempe (protein nabati)
75gr
75gr
4. Sayur
100gr
150gr
5. Buah
100gr
200gr
6. Susu
300cc
300cc
Untuk anak usia 1-3 tahun ditambah: 2 sdm gula dan 2 sdm minyak
Usia 4-6 tahun ditambah: 3 sdm gula dan 3 sdm minyak
Keterangan (Bisa menggunakan Daftar Bahan Makanan Penukar):
            Beras 50gr sama dengan nasi1100gr (sepiring kecil nasi)
Lauk pauk:
-          Daging: 50 gr atau 2 potong daging ukuran 3x2,5x1cm(@25gr)
-          Tempe: 75gr atau 3 potong tempe ukuran 4x6x1cm(@25gr/50gr tahu atau tahu 150gr ukuran 3x2,5x1cm)
Sayur: 100gr sama dengan semangkok sayur
Buah: 100gr sama dengan sepotong buah pepaya 100gr atau jeruk sedang ukuran 100gr
Susu: 1 gelas susu (200cc)
            Susunan makanan di atas dibagi dalam 3 peroide makan utama yaitu makan pagi, siang, dan malam serta 2 kali selingan yaitu pagi dan sore. Jumlah kalori untuk makan pagi sebanyak 25% dari total kalori sehari, makan siang 35%, dan makan malam 30%, sisanya selingan pagi 5% dan selingan sore 5%.
            Untuk kebutuhan makan siang anak TK, yaitu 35% dari 1720 kkal atau sekitar 600kkal dapat dipenuhi dari:
            Nasi 250gr (2,5 piring kecil), daging 25gr, tempe 25gr, sayur 50gr, buah 75gr, bila masih kurang dapat ditambah susu.
Catatan:
25 gram daging dapat diganti dengan:
-          35gr telur (1 butir ukuran sedang)
-          25gr daging ayam
-          25gr ikan segar (1 potong kecil)
-          12,5 gr ikan teri (1sdm)
-          25gr udang basah (1/8gelas)
-          50gr bakso biji sedang (5 biji/10biji kecil)
-          25gr hati sapi/ayam
25gr tempe dapat diganti:
-          50gr tahu
-          12,5gr kacang tanah
-          12,5gr kacang hijau
-          12,5gr kacang merah
Tergantung pola makan daerah masing masing, 200gr nasi dapat diganti:
-          Nasi jagung 200gr
-          Kentang 400gr
-          Ubi 300gr
-          Mi keing 100gr

-          Roti putih 160gr

INOVASI PEMBELAJARAN MELALUI TEKNOLOGI INFORMASI (INTERNET)

A.      Konsep pembelajaran elektronik learning
1.       Pengertian teknolgi informasi dalam pembelajaran à upaya menghubungkan pembelajaran yang secara fisik terpisah atau bahkan berjauhan.
2.       Hakikat teknologi informasi à teknologi informasi dapat menjadi alat pendorong ke arah kemajuan bangsa.
3.       Konsep pembelajaran melalui teknologi informasi à berkaitan dengan tiga mode dasar dialog komunikasi yaitu : dialog/komunikasi antara guru dengan siswa, siswa dengan sumber belajar, dan diantara siswa.
4.       Faktor pendukung pembelajaran melalui teknologi informasi
a.       Institusi à dalam bentuk kebijakan dan komitmen.
b.      Masyarakat à lingkungan keluarga siswa.
c.       Guru à pendamping siswa
d.      Siswa à pahami melalui pengujian perbedaan karakteristik, sikap dan perilaku audiens.
e.      Teknologi à peralatan, instruktur, pengoprasian dan perawatannya.

B.      Pengembangan model pembelajaran melalui internet
1.       Model-model pembelajaran Internet
a.       Web course à penggunaan internet untuk keperluan pembelajaran, dimana seluruh bagian bahan belajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan dan ujian sepenuhnya disampaikan melalui internet.
b.      Web centric course à sebagian bahan belajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan disampaikan melalui internet, sedangkan ujian dan sebagian konsultasi, diskusi dan latihan dilakukan secara tatap muka.
c.       Web enhanced course à untuk menunjang peningkatan kualitas belajar mengajardi kelas.
2.       Pengembangan model pembelajaran melalui internet à meliputi keuntungan, biaya pengembangan, biaya operasional dan perawatan, SDM dan siswa.
3.       Aplikasi pembelajaran melalui teknologi informasi
a.       Selective model à guru memilih salah satu alat/ media untuk menyampaikan pelajaran.
b.      Sequential model à giliran.
c.       Static station model à guru mempunyai beberapa sumber belajar untuk mencapai tujuan yang sama.
d.      Laboratory model à digunakan jika tersedia sejumlah komputer di sekolah/ di lab yang dilengkapi dengan jaringan internet, dimana siswa dapat menggunakannya secara lebih leluasa.

C.      Kemasan dan teknologi pembelajaran melalui teknologi informasi
1.       Hakikat kemasan belajar melalui teknologi informasi à seperangkat material yang digunakan oleh seseorang untuk melakukan kegiatan belajar.
a.       Teknologi informasi dalam pembelajaran à merangkum semua aspek yang berhubungan dengan mesin.
b.      Pengembangan bahan pembelajaran à merupakan bahan pembelajaran yang secara langsung digunakan untuk kegiatan pembelajaran.
2.       Prosedur pengembangan bahan ajar
a.       Persiapan à mnyusun bahan ajar, mempelajari kurikulum, mengumpulkan berbagai sumber yang diperlukan.
b.      Penulisan draft bahan ajar à diskusi isi draft bahan ajar.
c.       Penyelesaian à memperhatikan aspek kebahasaan, keterbacaan, kosakata yang digunakan termasuk tingkat kesulitan bahasa dikaitkan dengan pengguna utama.
3.       Pengemasan bahan pembelajaran à memiliki dua fungsi utama : pertama adanya peradaban yang lebih kompleks dan standar kehidupan yang lebih tinggi yang menjadikan produk tersebut perlu dikemas dengan rapih dan fungsional, yang kedua, kemasan menjadi bagian penting dalam proses penjualan.
4.       Kawasan teknologi pembelajaran
a.       Kawasan desain à fungsi perencanaan, baik dalam tingkat makro atau kikro.
b.      Kawasan pengembangan à berakar dari persoalan produksi media
c.       Kawasan pemanfaatan à berasal dari gerakan pendidikan visual.
d.      Kawasan pengelolaan à meliputi pengendalian teknologi pembelajaran.

e.      Kawasan penilaian à proses penentuan memadai tidaknya pembelajaran dan pembelajar.